TABURKANLAH KASIH
Anakku, taburkanlah cinta kasih kepada mahluk Allah, itu artinya kamu sudah dapat menerapkan ahlak Allah.
Ungkapan seperti itu tampaknya mudah untuk dikerjakan. Tetapi, jika kamu melihat perkembangan terakhir hubungan antarmanusia di seluruh dunia saat ini, tampaknya premis itu tidak benar. Sekarang ini, hubungan antarmanusia telah dikendalikan oleh hawa nafsu yang amat mencekam. Bahkan kita sama sekali tidak pernah dapat menduga, apakah tetangga kita yang santun itu benar-benar santun atau hanya sekedar berpura-pura santun. Jangankan tetangga, bahkan anak kita atau orangtua kita pun tidak dapat memastikan bahwa mereka benar-benar orang baik atau sekedar berpura-pura baik. Sungguh pelik hidup di jaman sekarang ini.
Jika kita rajin mengikuti perkembangan berita di media massa sekarang ini, nyaris tidak pernah kosong dari peristiwa kebrutalan, percekcokan, amuk massa menghancurkan property orang lain, bangunan rumah ibadah, gedung pemerintah dan lain-lain. Banyak orang terperangah melihat pemandangan seperti itu. Kita bahkan tidak terkejut mendengar berita seorang suami membunuh isteri hanya karena uang limaribu rupiah. Seorang bayi yang baru lahir dibunuh hanya gara-gara tidak punya uang pembeli makanan. Seorang nenek dibunuh oleh cucunya sendiri hanya untuk uang limabelas ribu rupiah. Dan .. begitu banyak contoh yang dapat dikemukakan di sini, tetapi biarlah beberapa contoh itu saja sudah cukup membuktikan bahwa nyawa seorang manusia sekarang ini dihargai sangat murah oleh sesamanya.
Ketahuilah, Anakku, untuk apakah Allah menciptakan alam semesta dan segala isinya ? Untuk maksud apakah Allah menjadikan manusia sebagai khalifahNya ? Untuk tujuan apakah Allah menurunkan Kitabullah kepada para Nabi dan Rasul ?
Kamu tidak akan pernah dapat merasakan betapa Allah amat menyayangi dan mengasihi manusia dan seluruh alam, jika kamu belum dapat menjawab pertanyaan itu. “Dan Allah menciptakan langit dan bumi dengan tujuan yang benar dan agar dibalas tiap-tiap diri terhadap apa yang dikerjakannya, dan mereka tidak akan dirugikan” (QS 45:22). Itu artinya, langit dan bumi itu diciptakan oleh Allah untuk suatu tujuan yang jelas dan benar, sehingga ayat tersebut sejatinya juga merupakan perintah agar manusia mengetahui apa maksud dan tujuan penciptaan langit dan bumi itu. Tidak hanya langit dan bumi saja, melainkan penciptaan seluruh mahlukNya juga mengandung maksud dan tujuan yang jelas. Maka kamu wajib mengetahui tujuan penciptaan segala sesuatu supaya kamu dapat mempergunakan waktu hidupmu dengan baik.
Waktu hidup manusia itu hanya sebentar, Nak. Hanya sekejap saja. Tentu saja jika kamu tahu apa yang dimaksudkan dengan waktu itu. Banyak orang berbicara tentang waktu, tetapi mereka tidak mengetahuinya. Mereka menyangka waktu itu adalah rangkaian detik ke menit, menit ke jam, jam ke hari, hari ke minggu, minggu ke bulan, bulan ke tahun, tahun ke windu dan seterusnya. Benarkah itu yang dimaksud dengan waktu ? Jangan terlalu mudah menerima penjelasan seperti itu, Anakku, karena itu baru merupakan persangkaan belaka.
Manusia memang mahluk Allah yang paling gemar menyangka-nyangka. Mereka mengira bahwa anugerah akal itu memang harus dipergunakan untuk membuat persangkaan itu. Mereka merasa, jika sudah memutar otak artinya mereka sudah menunjukkan eksistensinya sebagai mahluk paling mulia. Lalu dibuatlah berbagai macam teori. Begitu banyak teori yang ditemukan oleh manusia yang dianggapnya sebagai salah satu bukti keberadaannya.
Padahal, waktu itu adalah keadaan yang kamu berada di dalamnya. Jika kamu ada di suatu pagi, maka pagi itulah waktumu. Jika kamu berada di malam hari, maka malam hari itu adalah waktumu. Jika kamu sedang bergembira, maka gembira itu adalah waktumu. Jika kamu sedang sedih, maka sedih itulah waktumu. Jika kamu sedang sehat, maka sehat itulah waktumu. Jika kamu sedang sakit, maka sakit itulah waktumu. Jika kamu menyadari siapa dirimu, maka kesadaran diri itulah waktumu. Jika kamu dapat selalu menyadari siapa dirimu, maka kamu berada di ruang waktu yang amat luas. Tetapi jika kamu tidak pernah menyadari siapa dirimu, maka kamu berada di ruang waktu yang amat sempit, atau bahkan kamu tidak memiliki waktu sama sekali.
Itulah sebabnya Allah bersumpah “Demi waktu” (QS 103:1). Sumpah itu bermakna bahwa Allah adalah Zat Yang Maha Mengawasi, karena Dia selalu mengawasi gerak-gerik hambaNya yang telah Dia ciptakan untuk suatu tujuan yang benar. Jika dikatakan bahwa Allah tidak berada dalam ruang dan waktu, itu memang benar, Nak, karena justru ruang dan waktu itu berada dalam genggamanNya. Atau bahkan Allah itu sendirilah ruang dan waktu itu. Nah, kesadaranmu tentang siapa dirimu itu akan membawamu pada kesadaran bahwa kamu pun berada dalam pengawasan dan genggaman Allah, atau, kamu berada dalam liputan Allah.
Karena kamu selalu berada dalam pengawasan dan genggaman Allah, maka kewajiban utamamu adalah mengetahui semua tujuan Allah dalam segala sesuatu. “Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu” (QS 4:1). Pengawasan Allah itu sebenarnya bagian dari manajemen Allah untuk menjaga agar tujuan yang telah ditetapkan itu dapat tercapai. Untuk itulah Allah menetapkan reward and punishment. Tetapi pengertian penghargaan dan hukuman ini jangan kamu kaitkan dengan surga dan neraka, Anakku, melainkan sebuah konsekuensi logis dari perbuatan manusia itu sendiri. Kewajiban kita hanyalah menyelaraskan diri dengan tema besar tindakan Allah dalam segala hal.
Bagaimana caranya ? Besok, insya Allah kita bicarakan.
Penulis : Mudah2an tdk menimbulkan salah paham bagi para pembaca.
salam hangat dari kami ijin menyimak dari kami pengrajin jaket kulit
BalasHapus